in memoriam

rabu kemarin, jam 8.30 pagi, nantulangku* dipanggil Tuhan
setelah semalam menginap di Borromeus karena sesak napas.
beliau sudah sepuh memang, 97 tahun.
tapi karena selama ini nantulang selalu sehat,
tetap aja berita ini mengagetkan buat kami.

aku malah ga tahu sama sekali kalau nantulang masuk rumah sakit
dan baru dihubungi hari rabu siang

melihat nantulang dibaringkan,
rasanya terbayang pengalaman-pengalaman bersama nantulang.
dulu, sewaktu aku kelas 5 sd,
tiap rabu dan jumat selalu mampir ke rumah nantulang di Cipunegara.
jalan kaki dari SD Taruna Bakti di Riau,
makan siang, bikin peer di sana, sambil ditemani nantulang.
sampai kira-kira jam setengah 3,
karena aku harus jalan kaki lagi ke RRI Diponegoro
untuk latihan paduan suara Bintang Kecil di sana.

teringat juga komentar nantulang tentang aku,
“Riri ini kalau makan harus dengan ceplok telor, ga mau yang lain”

tapi, setelah aku lulus SD dan ga ikutan Bintang Kecil lagi,
makin jarang rasanya ketemu beliau.
akhirnya malah cuman ada kesempatan ngobrol di hari-hari khusus;
natal, tahun baru, ulang tahun nantulang, atau kalau ada kawinan.
kalau ketemu di gereja biasanya hanya salaman dan bilang,
“horas, nantulang. nantulang sehat?”

karena baru saja aku membaca tulisan mas hast yang intinya
”jangan menunggu sampai kita kehilangan, untuk kita baru bisa menghargainya”,
aku jadi kepingin sekali menulis tentang ini.

aku juga jadi kepingin sekali ketemu dengan ompungku.
yang 1 Mei nanti, akan berulang tahun yang ke 88,
yang sudah 4 bulan terakhir ini harus disuntik kalsium dan magnesium setiap minggu
karena lambungnya sudah tidak bisa menyerap mineral lagi.
yang sudah 3 tahun terakhir didampingi perawat siang dan malam.
yang sudah lupa dengan orang-orang di sekelilingnya
sehingga selalu bertanya, “kamu siapa?”
dan kalau dijawab, ditanggapi dengan “oh, kamu anaknya si anu ya”
yang kadang-kadang salah juga.
tapi ompung selalu bilang,
“maap ye, ompung sudah lupe, maklum sudah tue”
sambil ketawa-ketawa.

mamaku rasanya sudah berulang-ulang nanya,
kapan kamu ke Jakarta ketemu ompung.
selalu saja ada alasan untuk ga ke sana setiap weekend,
ada ini lah itu lah.
padahal sekarang Bandung-Jakarta bisa ditempuh dalam 2 jam kurang,
padahal kalau Take6 manggung apa pun ditinggalkan untuk bisa ke Jakarta,
tapi kok tidak untuk ompung.

kapan-kapan aku akan cerita tentang
Loide Lenggana Siregar a.k.a Ny. L. Harahap-Siregar,
ompungku, di sini

You do so well in so many things--
you trust God, you're articulate, you're insightful,
you're passionate, you love us--
now, do your best in this, too.
-- Apostle Paul to the Corinthians


*) sebutan nantulang sebenarnya diperuntukkan bagi istri dari saudara laki-laki ibu kita. tapi ada juga istilah nantulang mangulahi, kalo ini artinya ibu dari ompung (nenek/kakek) dari pihak ibu, buyut lah kalau bahasa indonesianya. nantulang yang aku ceritakan ini adalah ibu dari istri ompung charles (adik ompungku).

penciled by -rino @ 6:19 PM

3 Comments:

At 26/2/06 10:52 AM, Blogger Hast commented...

Thanks for sharing, Rin.

 
At 27/2/06 11:31 AM, Blogger Merlyna commented...

so sorry about your nantulang, Rino.
aku masih inget Ompung-mu.. ini Ompung yang dulu di Kesehatan kan ya? such a nice person.

 
At 27/2/06 6:39 PM, Blogger -rino commented...

mas hast: sama-sama

eMer: thanks mer. iya, ompungku yang di kesehatan, yang dulu nyuruh-nyuruh hans makan banyak :-) sekarang ompung di kayu putih, di rumah tulangku. udah ga bisa tinggal sendirian lagi.

 

Post a Comment

<< Home